ANALISIS PENGARUH ATAU EFEKTIFITAS PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA PEMBANGUNAN TERSEBUT TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TANGERANG

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta pembahasannya, dapat disampaikan kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut .

1 Analisis potensi obyek retribusi pelayanan persampahan memperlihatkan bahwa potensi obyek pelayanan persampahan di Kabupaten Tangerang pada tahun 2000 cukup besar yaitu sebanyak 107.082 obyek pelayanan sehingga potensi retribusi pelayanan persampahan mengalami peningkatan sebesar Rp3,8 Milyar. Dengan demikian menunjukkan bahwa retribusi pelayanan persampahan masih sangat layak ditangani Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang karena penerimaan dari retribusi ini masih dimungkinkan untuk meningkat.

2 Tingkat efisiensi pengelolaan retribusi pelayanan persampahan tahun 1997/1998 sebesar 7,45 % naik menjadi 20,73 % pada tahun 2000. Kenaikan ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi mengalami penurunan walaupun penurunan tersebut relatif kecil karena masih mendekati 0 %. Maka dengan mengacu pendapat Devas(1989) dapat dikatakan bahwa tingkat efisiensi pengelolaan retribusi pelayanan persampahan cukup tinggi.

3 Tingkat efektivitas pengelolaan retribusi pelayanan persampahan tahun 2000 berdasarkan potensi obyek pelayanan sebesar 5 % dan berdasarkan hasil perhitungan Dinas Kebersihan mencapai 81 %. Dengan kata lain potensi tahun 2000 masih sangat rendah sehingga tidak tercapai dengan baik, walaupun target yang ditetapkan oleh Dinas Kebersihan sangat tinggi.

4 Analisis kecukupan memperlihatkan bahwa biaya investasi tanpa biaya gudang dan biaya alternatif sewa diperlukan sebesar Rp25 Milyar dan biaya operasional dan pemeliharaan sebesar Rp8,7 Milyar untuk mengangkut timbulan sampah sebesar 3.862,395 m3/hari. Dari hasil perhitungan biaya operasional dan pemeliharaan dapat diperkirakan pendapatan pengelolaan sampah berdasarkan target rertibusi pelayanan persampahan sebesar Rp(4,9) Milyar. Kekurangan pendapatan ini disebabkan biaya penyusutan sebesar Rp5 Milyar melebihi biaya operasional sebesar Rp3,7 Milyar, dengan demikian diharapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang mampu mengoptimalkan pelayanan persampahan.

5 Analisis SWOT baik sebelum pembobotan (keadaan awal) maupun setelah pembobotan memperlihatkan situasi berada di kuadran I. Dalam situasi ini sangat menguntungkan di mana pemerintah daerah memiliki peluang dan kekuatan. Strategi yang perlu dilakukan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy) dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

Jadi pada intinya Kabupaten Tangerang pada Tahun 2000 memiliki potensi retribusi pelayanan persampahan/kebersihan sebesar Rp3,8 milyar, tambahan alokasi anggaran pengelolaan persampahan sebesar Rp33,7 milyar, dan strategi yang dilakukan Growth Oriented Strategy sehingga optimalisasi pemungutan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan dapat tercapai.

4.2 Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut .
1 Kabupaten Tangerang memiliki potensi obyek pelayanan persampahan yang cukup besar, maka upaya yang harus dilakukan untuk menggali potensi tersebut adalah adanya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pengelolaan persampahan bahwa untuk mendapatkan hidup yang sehat dan lingkungan yang bersih dibutuhkan biaya, maka hasil dari pemungutan tersebut Dinas Kebersihan akan berusaha mengoptimalkan pelayanan persampahan.

2 Keseriusan komitmen antara pimpinan daerah sebagai pengambil keputusan agar dapat memperhatikan dan memprioritaskan anggaran pengelolaan persampahan baik alokasi biaya rutin maupun alokasi biaya pembangunan, dalam upaya memperbaiki kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Hal ini untuk memperluas jangkauan dan memperbaiki kualitas layanan yang nantinya diharapkan kesadaran masyarakat mengenai pembayaran meningkat.